Penelitian terbaru Gunung Padang kembali membuka misteri peradaban Nusantara. Tim peneliti menemukan jejak karbon purba di lapisan bawah situs.
Situs Megalitikum Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kembali menjadi sorotan. Setelah sempat viral lewat dokumenter Ancient Apocalypse (Netflix, 2022), kini penelitian terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kementerian Kebudayaan membuka babak baru bagi situs yang diyakini sebagai punden berundak terbesar di Asia Tenggara ini.
Sejak Agustus hingga Oktober 2025, tim peneliti yang terdiri dari lebih 100 ahli lintas disiplin melakukan ekskavasi besar-besaran di teras utama Gunung Padang.
Menurut Dr. Ali Akbar, Ketua Tim Peneliti dan Pemugaran, penggalian dilakukan di beberapa titik — mulai dari teras pertama hingga kelima — dengan fokus utama di teras keempat.
“Betul sudah ada yang digali untuk melakukan penelitian, tidak hanya di permukaan tapi juga di bawah permukaan,” ujar Ali kepada detikJabar, Senin (20/10/2025).
Ali menegaskan, timnya telah menemukan sejumlah fakta baru, meski hasil detailnya masih menunggu tahap verifikasi. “Belum sekarang, nanti di akhir Oktober kami akan sampaikan apa saja hasilnya. Yang jelas ada beberapa temuan baru,” katanya.
Salah satu hal menarik dari ekskavasi ini adalah ditemukannya bahan karbon yang akan diuji laboratorium untuk menentukan usia pasti situs.
“Uji karbon ini akan menghasilkan usia pasti Gunung Padang,” tambahnya.
Menteri Kebudayaan Tinjau Langsung di Tengah Malam
Dukungan penuh datang dari pemerintah. Menteri Kebudayaan Fadli Zon bahkan datang langsung ke Gunung Padang pada Selasa (7/10/2025) dini hari, bertepatan dengan malam purnama.
Kunjungan simbolik ini disebut membawa pesan bahwa penelitian Gunung Padang bukan sekadar upaya ilmiah, tetapi juga bagian dari menjaga identitas budaya Nusantara.
“Gunung Padang bukan sekadar peninggalan masa lalu, ini adalah warisan kebanggaan bangsa,” ujar Fadli.
Kontroversi Usia dan Asal Usul Situs
Perdebatan ilmiah tentang Gunung Padang belum berakhir. Geolog BRIN Dr. Danny Hilman Natawidjaja masih memegang keyakinan bahwa lapisan bawah Gunung Padang merupakan struktur buatan manusia purba.
“Jika benar usia lapisan bawah mencapai lebih dari 16.000 tahun, maka sejarah peradaban manusia perlu ditulis ulang,” ujarnya dalam dokumenter Ancient Apocalypse dan wawancara dengan Tempo.
Namun, sebagian arkeolog menilai klaim tersebut perlu dibuktikan lebih hati-hati. Dr. Lutfi Yondri, arkeolog BRIN, menegaskan bahwa hingga kini belum ditemukan artefak manusia di lapisan bawah situs. “Yang jelas buatan manusia adalah bagian atas. Lapisan bawahnya masih perlu pembuktian,” katanya.
Beberapa jurnal ilmiah juga menyoroti metode uji karbon yang digunakan, menyarankan agar penelitian lebih transparan dan terbuka terhadap peer review internasional.
Warisan Leluhur dan Spirit Lokal
Bagi masyarakat Sunda, Gunung Padang bukan hanya situs arkeologis. Ia adalah Gunung Karuhun, tempat bertapanya para leluhur dan simbol keseimbangan alam.
Legenda setempat menyebutnya sebagai jejak Prabu Siliwangi, yang konon membangun istana dari batu dalam satu malam.
Antropolog almarhum Prof. Edi Sedyawati pernah menulis bahwa bentuk punden berundak seperti Gunung Padang menunjukkan cara pandang masyarakat kuno terhadap gunung sebagai pusat spiritual kehidupan.


